nurse

nurse
profesional nurse

Kamis, 17 April 2014

Peningkatan SDM Tenaga Perawat


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sumber Daya Manusia merupakan faktor dan strategi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Agar suatu bangsa dapat bersaing dengan Negara lain, tentu harus meningkatkan sumber daya manusianya diberbagai bidang. Apalagi di era globalisasi nanti yang diwarnai dengan semakin ketatnya daya saing antar Negara. Khususnya perawat, pengembangan Sumber Daya Manusia harus di tekankan pada kompetensi dan skill yang mumpuni.
  Beberapa tahun terakhir ini, kabar pengiriman tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri, khususnya perawat, menjadi perbincangan yang cukup hangat di berbagai kalangan. Di tengah semakin meningkatnya jumlah pengangguran terdidik dari tahun ke tahun, tentu merupakan hal yang melegakan bahwa perawat dari Indonesia dapat berpeluang bekerja di luar negeri seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di Benua Eropa (Inggris, Belanda, Norwegia), Timur Tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait) dan kawasan Asia Tenggara (Filipina, Singapura, Malaysia). Jumlah permintaan berkisar antara 30 orang sampai dengan tidak terbatas.
Namun, di lain sisi hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa masyarakat kita menerima pelayanan keperawatan dari tenaga perawat dengan kualitas yang berbeda. Lebih lanjut, rasio jumlah perawat Indonesia per 100.000 penduduk masih jauh di bawah negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, atau Thailand. Kekurangan tersebut menyebabkan mereka lebih memfokuskan pada bagaimana menghasilkan perawat yang lebih banyak, bukan untuk meghasilkan perawat yang lebih berkualitas.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian SDM ?
2.      Apa saja faktor penghambat SDM tenaga perawat tidak berkembang ?
3.      Bagaimana perawat menghadapi tantangan di era globalisasi ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana sumber daya manusia di bidang kesehatan.
2.      Untuk mengetahui faktor yang menghambat sumber daya manusia tenaga perawat tidak berkembang.
3.      Untuk mengetahui bagaimana persiapan perawat dalam menghadapi tantangan di era globalisasi.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sumber Daya Manusia Di Bidang Kesehatan
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sebuah potensi yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan yang berkelanjutan supaya tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Sumber Daya Manusia akan lebih mudah dimengerti sebagai bagian dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Rendahnya Sumber Daya Manusia suatu bangsa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh kurangnya penguasaan tentang IPTEK, karena sikap mental dan penguasaan IPTEK dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal.
Sumber Daya Manusia tidak hanya dibutuhkan di bidang ekonomi atau bidang yang lain saja, bidang kesehatan juga membutuhkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Tenaga kesehatan, khususnya perawat, dituntut untuk memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal kepada setiap pasiennya. Jika Sumber Daya Manusia seorang tenaga perawat tidak berkembang atau mengalami kemunduran, maka hasilnya adalah tidak dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Apalagi dalam menghadapi pasar bebas atau yang disebut juga era globalisasi, seorang perawat harus mempunyai daya saing.
Tantangan profesi perawat di Indonesia dimulai pada abad 21 hingga sekarang. Tantangan tersebut tidak hanya dari eksternal saja melainkan juga dari internal. Untuk menjawab tantangan-tantangan itu diperlukan adanya komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi perawat, seperti organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan, juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Pemerintah berperan penting sebagai fasilitator untuk menyiapkan calon tenaga perawat dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang mumpuni baik dari segi kompetensi dan skill.
B.     Faktor Penghambat SDM Tenaga Perawat Tidak Berkembang
Perdagangan jasa pada era globalisasi akan berlangsung secara bebas. Tiap negara, apabila memiliki kemampuan, dapat saja memperluas kegiatan usaha bidang jasanya ke negara lain. Kelemahan bagi negara yang sedang berkembang yaitu liberalisasi perdagangan jasa ternyata lebih banyak mendatangkan dampak negatif. Mudah dipahami, karena daya saing kebanyakan industri jasa di banyak negara yang sedang berkembang mutu sumber dayanya rendah, terbatasnya kemajuan ilmu dan tehnologi. Begitu era globalisasi mulai berlaku akan menimbulkan banyak masalah dan kerugian.
Inti pokoknya adalah perdagangan bebas telah dapat dipastikan akan berlangsung di Indonesia. Salah satu dari era globalisasi tersebut adalah dalam bidang jasa, yang didalamnya termasuk pelayanan keperawatan. Pada era globalisasi yang akan datang diduga akan banyak ditemukan sarana dan tenaga kesehatan/keperawatan asing yang akan bekerja di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan kesehatan SDM Kesehatan (PPSDM Kesehatan) melaporkan bahwa jumlah terbesar Tenaga Kesehatan Profesional Indonesia (TKPI) yang telah bekerja di luar negeri mulai 1989 sampai dengan 2003 adalah perawat (97.48% dari total sebanyak 2494 orang). Meskipun jumlah perawat yang bekerja di luar negeri menempati prosentase terbesar dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, masih terdapat beberapa poin penting yang perlu menjadi perhatian dan ditanggulangi mulai dari saat ini.
Poin penting yang menjadi kekhawatiran di profesi perawat yaitu timbulnya asumsi bahwa masyarakat mendapatkan pelayanan keperawatan dari tenaga perawat dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah, karena tenaga perawat yang memiliki kualitas kompetensi dan skill yang tinggi lebih memilih bekerja di luar negeri
Sebenarnya ada banyak faktor yang mengakibatkan kualitas tenaga  perawat yang bekerja di dalam negeri tidak berkembang dibandingkan dengan tenaga perawat yang bekerja di luar negeri, diantaranya adalah :
1.      Adanya keterbatasan sarana dan pra-sarana di bidang pendidikan keperawatan.
2.      Adanya kendala dari segi fasilitas dan alat-alat untuk praktek keperawatan yang tidak lengkap.
3.      Tidak banyak tenaga perawat yang dapat menguasai IPTEK.
4.      sedikitnya calon perawat ataupun tenaga perawat yang mampu berbahasa asing (bahasa inggris), karena calon perawat maupun tenaga perawat kurang mendapatkan pengetahuan bahasa asing pada saat menjalani pendidikan.
5.      Mutu lulusan pendidikan keperawatan yang belum sesuai dengan pelayanan, dimana masih banyak lembaga pendidikan keperawatan yang lulusannya tidak dipertanggung jawabkan.
6.      Tenaga perawat dengan keterampilan yang bagus lebih memilih bekerja di luar negeri ketimbang mendedikasikannya dengan cara bekerja di dalam negeri.
Terlepas dari issue pasar bebas atau globalisasi, Sumber daya Manusia di bidang kesehatan, khususnya tenaga perawat memang sudah harus dibenahi dari sekarang supaya tidak semakin menurun. Selain itu, kekhawatiran terjadinya brain drain juga perlu dicermati.
Brain drain adalah berpindahnya tenaga profesional yang terampil dari negara asal ke negara lain dimana mereka dapat memperoleh lebih banyak keuntungan seperti keuangan. Di Filipina, misalnya, yang merupakan salah satu pengirim tenaga perawat terbesar, kekhawatiran tersebut mulai terjadi. Bahkan di sana, tenaga kerja dari profesi lain pun sangat berminat untuk belajar menjadi perawat agar selanjutnya dapat bekerja di luar negeri.
Di Indonesia usaha mencegah perawat untuk bekerja di luar negeri dapat menimbulkan pertanyaan, misalnya tentang hak asasi untuk bekerja dan juga menghilangkan kesempatan untuk dapat belajar pengetahuan dan ketrampilan yang berguna dari negara lain untuk selanjutnya diaplikasikan di negara asal.

Selasa, 01 April 2014

Jenis-jenis Cairan Infus


A.    TIPE-TIPE CAIRAN
1.      Cairan / larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya dibagi menjadi:
a.       Isotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES  1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
Contoh:
·         NaCl 0,9 %
·         Ringer Laktat
·         Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma)
·         Dextrose 5 % dalam air (D5W)
b.      Hipotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.  
Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:
1.      Deplesi cairan intravaskuler
2.      Penurunan tekanan darah
3.      Edema seluler
4.      Kerusakan sel
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti.
Contoh:
·         dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %
·         NaCl  0,45 %
·         NaCl 0,2 %
c.       Hipertonik
Suatu cairan/larutan yang  memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut.
Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh:
·         D 5% dalam saline 0,9 %
·         D 5 % dalam RL
·         Dextrose 10 % dalam air
·         Dextrose 20 % dalam air
·         Albumin 25