nurse

nurse
profesional nurse

Senin, 15 September 2014

Pengkajian Pada Pasien Asma Bronkiale

 PENGKAJIAN
1.      Wawancara
Wawancara pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Wawancara yang dilakukan meliputi wawancara terhadap:
a)      Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS,  diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.
b)      Keluhan utama
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan adanyakeluhan sulit untuk bernafas.
c)      Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengankeluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejalalain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguankesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
d)     Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksisaluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayatserangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetusserangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.
e)      Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan.
f)       Pola – Pola Fungsi Kesehatan:
1)      Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang asmayang dialami serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan kesehatan. 
2)      Pola nutrisi dan metabolic
Pada umumnya klien dengan asma mengalami perubahan pada pola nutrisi dan metabolismenya. Dengan begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
3)      Pola eliminasi
Dikaji dari konsestansi, banyaknya warna dan baunya fases dan urin, dan apakah ada gangguan eliminasi atau tidak.
4)      Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena sesak nafas.
5)      Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena keterbatasan aktivitas yang disebabkan sesak nafas.
6)      Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
7)      Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi /  mengalami gangguan pada indera atau tidak, terutama indera pembaunya.
8)      Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan asma yang dideritanya.
9)      Pola reproduksi
Pada pola reproduksi biasanya tidak ada gangguan.
10)  Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
11)  Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
2.      Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan umum
Mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lender lengket, dan posisi istirahat klien.
b)      Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi pernapasan.
c)      Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.
d)     Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragmamenjadi datar dan rendah.
e)      Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari empatdetik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan adanya bunyi napas tambahan utamawheezing pada akhir ekspirasi.
3.      Pemeriksaan Penunjang
a)      Pemeriksaan Radiologi
       Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
FBila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
FBila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
FBila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
FDapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
FBila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b)      Pemeriksaan Tes Kulit
       Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c)      Elektrokardiografi
       Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi  3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
·         Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi (Deviasi Axis Kanan (RAD) adalah suatu kondisi dimana jantung konduksi listrik jantung memiliki sumbu listrik lebih besar dari + 90 ° (atau kadang-kadang lebih besar dari + 105 °) pada 12-lead EKG. Ketika sumbu tersebut sangat menyimpang ke kanan, yaitu antara 180 derajat dan -90 derajat, kondisi dapat disebut Ekstrim Kanan Axis Deviation atau penyimpangan North West.

RAD dapat menjadi indikasi peningkatan beban kerja ventrikel kanan, yaitu hipertrofi ventrikel kanan. Contohnya termasuk COPD, hipertensi arteri paru atau emboli paru besar. Dalam kedua, misalnya, gumpalan di arteri paru membutuhkan lebih banyak pekerjaan dari ventrikel kanan untuk mendorong darah melewatinya.
) dan clock wise rotation (Jika aktivitas listrik jantung telah berubah lebih ke sisi kiri pasien ini disebut rotasi searah jarum jam)
·         Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
·         Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d)     Scanning Paru
       Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e)      Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

DAFTAR PUSTAKA
Nanda ( 2000 ). Diagnosa Nanda NIC & NOC. 2007 – 2008
Robbins & Kumar. 1995.  Buku Ajar Patologi. EGC : Jakarta