TUGAS
Komunikasi
Dalam Keperawatan
“Penerapan
Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Sekolah”
Disusun
oleh :
Apriliani
Nur Hidayah (P17420213085)
Kelas
: 1C
POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
PRODI DIII
KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Sekolah ” ini dengan
lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang saya
peroleh dari informasi media massa yang berhubungan dengan “Komunikasi Dalam
Keperawatan”. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada pengajar matakuliah
“KOMDAK” atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas, juga kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi pada usia anak sekolah
merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi yang melibatkan anak
usia sekolah, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses
ini melibatkan usaha - usaha untuk mengelompokkan, memilih, dan mengirimkan
lambang - lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau
penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna
yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Komunikasi pada anak usia sekolah yang terjadi
mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi,
balita, remaja maupun orang dewasa. Komunikasi pada anak usia sekolah sangat
penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan
perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain.
Keterlibatan perawat dalam
berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi
dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat
mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya
Sehubungan dengan itu perawat dituntut
untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak usia
sekolah, menguasai teknik - teknik komunikasi yang cocok bagi anak usia sekolah
sesuai dengan perkembangannya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian Komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah ?
2.
Bagaimana
sikap seorang perawat yang harus diperhatikan dalam komunikasi dengan anak usia
sekolah ?
3.
Apa
model komunikasi terapeutik yang cocok dilakukan seorang perawat terhaap anak
usia sekolah ?
C. Tujuan
Pembaca dapat
mengetahui bagaimana cara komunikasi yang baik pada anak usia sekolah 7 - 12
tahun.
D.
Manfaat
Mendapatkan
wawasan dan informasi tentang cara berkomunikasi pada usia sekolah 7 - 12 tahun dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi anak
pada usia sekolah ( 7 - 12 tahun )
Komunikasi terapeutik pada anak usia
sekolah adalah
Komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak usia sekolah ), yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
Komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak usia sekolah ), yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
Tahap ini merupakan masa awal anak - anak yang
penuh imajinasi, mereka mengarahkan energy mereka pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan intelektual, Tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan dan
bagaimana sesuatu itu bekerja. Usia sekolah merupakan periode kritis
perkembangan konsep diri, terdapat kematangan yang stabil dalam perkembangan
fisik, mental dan sosial, fokus pada perkembangan kompetensi, keterampilan,
kerja sama dan perkembangan moral.
Perkembangan
komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan mencetak,
menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar. Apa yang dilakukan oleh anak mencerminkan pikiran anak. Pada usia kedelapan biasanya anak sudah mampu
membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada
usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak
yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui. pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat
tinggi, maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab
ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Anak berusia 5 - 8 tahun kurang
mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka
ketahui bila dihadapkan pada masalah baru. Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi tidak membutuhkan
pengesahan dari tindakan yang dilakukan. Pada masa ini anak sudah dapat memahami penjelasan sederhana dan
mampu mendemonstrasikannya. Anak perlu diijinkan untuk mengekspresikan rasa
takut dan keheranan yang dialaminya.
B.
Sikap
komunikasi terapeutik
Sikap komunikasi terapeutik merupakan
cara berprilaku seseorang selama dalam komunikasi yang dapat memberikan dampak
terapi psikologis, sehingga masalah-masalah psikologis anak (usia sekolah) dapat
teratasi. Dalam praktik keperawatan sikap komunikasi terapeutik itu terdiri
dari :
1. Sikap kesejatian
Merupakan sikap dalam pengiriman pesan pada anak
menunjukan tentang gambaran diri kita sebenarnya, sikap yang dimaksud antara
lain menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak (usia sekolah) menunjukan
kesiapan untuk berespons positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan yang
digunakan untuk menumbuhkan rasa percaya kita dengan anak dan harus lebih
terbuka, sikap menghindari membuka diri terlalu dini dalam rangka manipulasi,
sikap dengan memberikan nasihat atau mempengaruhi anak untuk
mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita dalam berkomunikasi.
2. Sikap empati
Merupakan bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita
pada posisi anak dan orang tua. Sikap empati ini dapat ditunjukan dengan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh komunikan dengan maksud dimengerti,
mengatakan pada diri komunikan bahwa kita ingin mendengar apa darinya,
menyampaikan respons empati seperti keakuratan, kejelasan, kehangatan dan
menunjukan empati secara verbal.
3. Sikap hormat
Merupakan bentuk sikap yang menunjukan adanya suatu perhatian, rasa
suka dan menghargai klien. Sikap hormat dalam komunikasi ini dapat ditunjukan
dengan melihat kearah anak saat berkomunikasi,
memberikan perhatian yang tidak terbagi dalam komunikasi, memelihara kontak
mata dalam komunikasi, senyum pada saat yang tepat, bergerak kearah anak saat
komunikasi, menentukan sapaan saat komunikasi, melakukan jabatan tangan atau
sentuhan yang lembut dengan ijin komunikan.
4. Sikap konkret
Merupakan bentuk sikap dengan menggunakan terminologi
yang spesifik dan bukan abstrak pada saat komunikasi dengan anak. Sikap konkret
dapat ditunjukan dengan menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukan pada
hal yang nyata, melalui orang ketiga dalam hal ini adalah orang tua dan dapat
menggunakan alat bantu seperti gambar, mainan dan lain-lain.
C.
Model-model Komunikasi Terapeutik
Pada Anak Usia Sekolah
1.
Shannon-Weaver
Model
Dalam model Shannon, komunikasi dipresentasikan sebagai
suatu system,
dimana
memilih sumber informasi yang diformulasi ke dalam suatu pesan. Pesan kemudian
ditransmisikan dengan signal melalui chanel ke receiver. Penerima/receiver
menginterpretasikan pesan dan mengirimkan ke tujuan . Bentuk unik dari konsep
ini adalah adanya noise/gangguan. Noise adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
atau mengganggu transfer pesan dari sumber ke tujuan yang akan dicapai. Dalam
model komunikasi manusia, noise dapat berupa distorsi persepsi misalnya:
interpretasi psikologis, suara yang tidak terdengar.
Salah satu keunggulan dari model ini adalah kesamaan jalur
dalam pengiriman komunikasi yaitu dari sumber ke penerima. Kekurangannya adalah
tidak menunjukkan hubungan transaksi antara sumber dan receiver. Model ini
sifatnya linear yang berarti jalurnya satu arah. Model ini dibatasi oleh
omitting komponen feed back dan tidak secara jelas mengilustrasikan fungsi
proses.
2.
Leary
Model
Dalam komunikasi transaksional dan model multidimensional,
menguatkan aspek interaksional dalam komunikasi. Dimana komunikasi manusia
adalah proses dua orang dimana satu dan lainnya saling dipengaruhi dan
mempengaruhi. Leary mengembangkan teori ini dari hasil pengalamannya sebagai
terapis pada pasien psikoterapi. Tingkah laku Leary berbeda saat menghadapi
tiap pasien dan Leary menemukan bahwa pasien juga terpengaruh tingkah laku
Leary. Leary menyimpulkan bahwa tingkah laku orang merupakan respon dari
tingkah laku yang kita tampilkan, misalnya bila kita bertingkah dominan maka kita
kondisikan orang lain bertingkah submisive. Dalam perspektif Leary, setiap
pesan komunikasi dapat dilihat melalui dua dimensi : Dominan-Submision dan
Hate-Love.
Ada dua aturan yang mengatur fungsi dimensi ini dalam interaksi
manusia.
Aturan
pertama : Tingkah laku komunikatif dominan atau submisive biasanya menstimuli
tingkah laku sebaliknya pada orang lain, berlaku autokratik (dominan) biasanya
akan menstimuli orang lain untuk berlaku submisive dan sebaliknya.
Aturan kedua : Tingkah laku membenci/mencintai biasanya akan menstimuli tingkah laku yang sama dari orang lain, artinya dengan bertingkah laku yang baik pada orang lain, orang lain akan berlaku baik juga dan sebaliknya.
Aturan kedua : Tingkah laku membenci/mencintai biasanya akan menstimuli tingkah laku yang sama dari orang lain, artinya dengan bertingkah laku yang baik pada orang lain, orang lain akan berlaku baik juga dan sebaliknya.
Leary menyatakan bahwa aturan-aturan ini berlaku secara
reflek, respon kita terhadap perilaku orang lain secara involuntary dan
immediate sehingga komunikasi kita otomatis akan distimulasi oleh reaksi dominan
- submisive atau hate-love dari yang lain.
3.
Health
communication model.
Transaksi
Transaksi adalah elemen mayor ke-dua dalam model komunikasi
kesehatan. Transaksi merupakan suatu interaksi antara partisipan yang
terlibat.Transaksi ini melibatkan individu tentang informasi yang mencakup
verbal dan non verbal. Transaksi kesehatan merupakan bentuk kesepakatan bagaimana
klien itu mencari dan mempertahankan kesehatannya sepanjang hidup.
Transaksi kesehatan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan ,dinamis dan bukan suatu yang statis, dimana terdapat feed
back yang continue yang partisipan mampu untuk menempatkan diri dalam berkomunikasi.
Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks,
yaitu setting/tempat dimana proses terjadi yang punya pengaruh besar dalam
komunikasi antara health professional - client - anggota keluarga dan orang
lain yang terlibat dalam konteks. Salah satu unsur konteks adalah tempat dimana
perawatan kesehatan dilaksanakan, seperti : rumah sakit, klinik, ruang rawat
jalan, atau ruang intensive yang mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur
yang lain adalah jumlah partisipan yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan
perawatan ) misalnya dalam bentuk group kecil atau interaksi antar individu
atau kelompok besar. Jumlah partisipan yang ada mempengaruhi situasi yang ada
di dalamnya.
Dari berbagai macam model komunikasi, yang sesuai untuk diterapkan
pada klien anak usia sekolah adalah model komunikasi kesehatan (Health
Communication Model) karena pada model ini penekanan pada proses relationship
terdapat empat tipe relationship yang ada, yaitu hubungan antara: professional-professional,
profesional-client, professional-significant others, dan client-significant
others.
Sesuai
dengan teori perkembangan Jean Peaget, pada fase ini anak dapat mengetahui
konsep baru ( merasakan sakit) tetapi belum dapat berpikir tentang hal-hal yang
abstrak sehingga untuk mencapai proses perawatan diperlukan significant othes /
keluarga / teman untuk membantu profesional kesehatan mengekspresikan hal
abstrak yang dirasakan oleh klien.
Sedangkan menurut teori Erickson, pada fase ini anak belajar
untuk dilibatkan dalam aktifitas dan berusaha untuk menyelesaikan tugasnya,
mulai belajar aturan-aturan baru melalui proses belajar dan berhubungan dengan
orang lain sehingga mendukung profesional kesehatan untuk melakukan tindakan –
tindakan keperawatan pada klien.
Konteks
adalah tempat/situasi dimana pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan :
tempat/ruang, jenis pelayanan, dan jumlah personel, hal ini berkaitan dengan
peran significant others (keluarga, teman dll.) dan profesional kesehatan untuk
menyiapkan lingkungan yang terapeutik bagi kesembuhan klien. Hal ini berkaitan
dengan proses tumbang yang diungkapkan oleh Erickson yakni anak sudah mulai
berpikir logis dan terarah, dapat memilih, menggolongkan, mengorganisasikan
fakta, disamping itu mampu berpikir dari sudut pandang orang lain sedangkan
jumlah partisipan yang terlibat dalam komunikasi (group kecil / interaksi antar
individu) akan membantu klien untuk mengekspresikan tentang perasaan.
Transaksi, kesepakatan interaksi antar partisipan didalam proses
komunikasi meliputi verbal, nonverbal yang terjadi secara kontinyu, ini
menunjukkan bahwa komunikasi tidak hanya bersifat satu arah dan terdapat umpan
balik, ini terkait dengan teori Erickson dimana anak siap menjadi pekerja dan
ingin dilibatkan dalam aktifitas.
Seorang perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada
anak usia sekolah tentu mengalami banyak hambatan. Hambatan tersebut bisa
dipengaruhi dari beberapa faktor, diantaranya adalah:
1) Faktor yang bersifat teknis, yaitu kurangnya penguasaan
teknik berkomunikasi. Teknik komunikasi mencakup unsur-unsur yang ada dalam
komunikator dalam mengungkapkan pesan, menyandi lambang-lambang, kejelian dalam
memilih saluran, dan metode penyampaian pesan.
2) Faktor yang sifatnya perilaku
Bentuk
dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikasi yang bersifat:
a.
Pandangan bersifat apriori
b.
Prasangka yang didasarkan atas emosi
c.
Suasanayangotoriter
d.
Ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah
e.
Sifat yang egosentris
3) Faktor yang bersifat situasional
Kondisi
dan situasi yang menghambat komunikasi, misalnya: situasi ekonomi, sosial,
politik, dan keamanan.
Komunikasi yang
efektif dapat tercapai bila kita mengetahui dan memahami tekhnik komunikasi
pada anak sesuai tahapan tumbuh kembang anak.
Komunikasi
pada anak usia sekolah (7-12 tahun) gunakan kata sederhana yang spesifik,
jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui, jelaskan arti
fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara
jelas dan jangan menyakiti atau mengancam, sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi terapeutik sangat penting diterapkan pada anak
usia sekolah, dengan demikian perawat dapat membina hubungan saling percaya
pada anak dan anak dapat mengekspresikan perasaannya. Komunikasi teraputik
mempunyai
tujuan,
prinsip, sikap, teknik-teknik/model dan hambatan yang perlu diketahui dan
disadari sehingga memudahkan dalam penerapan. Dari model konsep komunikasi yang
ada adalah model komunikasi kesehatan yang dapat digunakan dalam berinteraksi
dengan pasien anak usia sekolah.
B. Saran
Untuk mencapai komunikasi yang efektif hendaknya kita
mengetahui tehnik maupaun model komunikasi pada anak dan memahami psikologis
sesuai tahapan tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KATA-KATA ANDA ADALAH KUALITAS DIRI ANDA